APA faedahnya laga perebutan tempat ketiga dalam sebuah Piala Dunia?
FIFA, sih, mengadakannya hanya untuk memperpendek gap di antara laga semifinal dan final. Biasanya, laga semifinal dan final itu berjarak empat atau lima hari. Nah, agar penonton tak terlalu lama menunggu, maka diadakanlah laga perebutan tempat ketiga sebagai sebuah partai hiburan.
Iya, hiburan. Dua tim yang dalam satu bulan terakhir sudah bercucur peluh, berjuang untuk menjadi yang terbaik di dunia--tetapi gagal di semifinal--masih harus berlaga sekali lagi. Dalam laga hiburan, dalam laga yang tak menentukan, dalam laga yang menang-kalah tak ada artinya.
Ini seperti Anda baru saja diputusin pacar di bulan-bulan menjelang pernikahan, tapi dua hari setelahnya Anda ditelepon dan diajak menemaninya pergi ke salon. Sakitnya belum hilang, malah diajak bertemu dan melakukan hal yang tak ada faedahnya untuk Anda. Capek doang.
Scott Murray, dalam kolomnya di The Guardian, menulis bahwa laga perebutan tempat ketiga itu adalah pertandingan yang tak diinginkan pemain, tak dikontrol para pelatih, dan hanya ditonton beberapa profesional saja. Tak ada yang benar-benar peduli dengan laga itu.
Louis van Gaal, pelatih Belanda pada Piala Dunia 2014 silam, pernah berujar bahwa laga perebutan tempat ketiga di Piala Dunia seharusnya tak pernah diadakan. Menurutnya, laga itu tak adil bagi kedua tim yang berlaga karena mereka dituntut bertanding dengan waktu recovery yang mepet. Padahal laga juga tak penting.
"Yang terburuk dari laga itu, saya yakin, adalah kemungkinan Anda kalah dua kali berturut-turut di turnamen di mana Anda bermain dengan sangat baik. Anda kemudian pulang sebagai pecundang karena kemungkinan Anda kalah dalam dua pertandingan terakhir," kata Van Gaal kala itu seperti dilansir Bleacher Report.
"Laga ini tidak ada hubungannya dengan olahraga menurut saya. Tidak ada turnamen, tidak ada turnamen sepak bola, terutama di turnamen terakhir, yang menuntut pemain Anda untuk berlaga di perebutan tempat ketiga. Hanya ada satu hadiah dan satu penghargaan yang tak ternilai dan itu adalah jadi juara," imbuh dia.
Yang unik, meski berkata demikian, Van Gaal berhasil membawa Belanda memenangi laga perebutan tempat ketiga Piala Dunia 2014. Kala itu mereka mengalahkan Brasil sang tuan rumah dengan skor 3-0. Ini bisa dimaklumi bahwa Van Gaal tak ingin membawa anak asuhnya pulang dengan status pecundang.
Laga perebutan tempat ketiga memang terlalu sering dipertanyakan faedahnya, dikritik fungsinya. Namun, FIFA masih tetap kekeh untuk melangsungkan laga tersebut dalam setiap edisi Piala Dunia. Mungkin keuntungan komersial yang mereka dapat dari laga ini terlalu besar untuk dilewatkan.
FIFA sendiri sudah menghadirkan laga perebutan tempat ketiga di Piala Dunia ini sejak edisi kedua yakni 1934. Jerman dan Austria kala itu yang berlaga untuk pertama kali dan negara yang disebut pertama itu berhasil jadi pemenang dengan skor 3-2. Setelahnya, ritual perebutan tempat ketiga terus hadir tanpa permisi.
Laga tersebut kemudian dimanfaatkan dengan beberapa hal oleh tim-tim yang berlaga. Ada yang menjadikan laga tersebut untuk memberikan kesempatan bermain kepada para pemain yang sejak fase grup hingga semifinal tak mendapat menit yang banyak.
Ada juga yang menjadikan laga tersebut sebagai laga perpisahan untuk para legenda mereka. Jerman pernah melakukannya untuk Oliver Kahn yang pensiun setelah Piala Dunia 2006. Ada pula yang seperti Van Gaal tadi, menjalani laga hanya untuk tak pulang sebagai pecundang.
Negara-negara seperti Kroasia pada edisi 1998, Swedia pada 1994, hingga Turki di 2002 menjadikan laga tersebut sebagai penegasan dan klimaks dari status kuda hitam sepanjang turnamen. Setidaknya, mereka bisa pulang dengan kepala yang lebih tegak dibanding jika hanya kalah di semifinal saja.
Bagi orang banyak, laga itu masih akan menimbulkan pertanyaan yang sama: Apa, sih, faedahnya?
sumber: kumparan.com
Senin, 16 Juli 2018
Rabu, 11 Juli 2018
Akhir Tidur 'Pak Pos' yang Dibangunkan Zaman
KETIKA era digital datang, nasib bisnis pos langsung berbalik 180 derajat. Mereka harus mati-matian memutar strategi bisnis agar tak mati digerus kemajuan teknologi. Tak terkecuali perusahaan pos dari negara adidaya Amerika Serikat (AS), United States Postal Service (USPS). Kinerja mereka terus memburuk mulai 2006. Sejak saat itu, kerugian terus mendera USPS. Pada 2014, kerugiannya mencapai 5,5 miliar dolar.
Nasib lebih baik dialami perusahaan pos Jepang dengan bendera Japan Post Group. Pada 2015, Japan Post Holdings bahkan masuk dalam daftar Fortune 500 di peringkat 38. Perusahaan mampu mencetak pendapatan hingga 129,7 miliar dolar dan laba 4,39 miliar dolar. Kinerja itu memang menunjukkan penurunan, tetapi mereka terus merevitalisasi bisnisnya. Mereka bertekad menjadi pemimpin utama dalam industri logistik global. Diversifikasi adalah kata kuncinya.
Bagaimana dengan PT Pos Indonesia? Periode 2000-2008 merupakan masa paling suram dari bisnis PT Pos Indonesia. Bisnis surat pos pada periode itu menurun drastis. Maraknya layanan pesan singkat (SMS) melalui ponsel dan internet telah menggantikan peran “Pak Pos”.
Jumlah lokasi layanan mereka yang tersebar 24.000 titik lebih dari Sabang-Merauke membuat PT Pos layak disebut sebagai sang “raksasa”. Namun, semua itu tidak banyak membantu. Sebagai “raksasa”, BUMN ini malah kerap didera kerugian. Pada periode kritis ini mereka merugi setiap tahun. PT Pos seolah sedang '”tidur” dan sempat diramalkan mengikuti jejak suramnya USPS yang masih bergantung pada bisnis inti pengiriman paket dan surat.
Namun, kenyataan berbalik. PT Pos Indonesia dengan ciri khas warna orange masih terbukti mampu bertahan. Pada 2009, PT Pos mulai meraup untung. Ini merupakan titik balik BUMN pos yang sedang diuji zaman. “Pak Pos” yang sempat berteduh karena “badai” pun siap melanjutkan misinya.
Bangunnya Pak Pos
Perjalanan PT Pos menghadapi perubahan zaman hampir sama dengan negara-negara lainnya. Semenjak berubah dari Perum menjadi PT sejak 1995, PT Pos Indonesia “dilepas” oleh pemerintah untuk mengurus dirinya sendiri sejalan komitmen liberalisasi bidang logistik di kawasan ASEAN. Di saat bersamaan perubahan era digital terus bergulir dan masuknya pemain asing dan lokal di bisnis logistik. PT Pos masih belum berubah, mereka terseok-seok hingga terpuruk.
Gelombang keterpurukan PT Pos sudah terjadi sejak awal 2000. Marketeers.com menulis kerugian PT Pos pada periode 2004-2008 mencapai Rp 606,5 miliar. Kondisi PT Pos yang gagap dengan perubahan zaman, diperparah dengan budaya perusahaan yang memungkinkan terjadinya penyimpangan.
Kasus korupsi sempat mendera BUMN ini. Pertengahan 2008, Dirut PT Pos Hana Suryana harus lengser karena kasus korupsi ini terkait penyalahgunaan dana operasional dan dana non budget PT Pos wilayah IV Jakarta. Hana sempat mengurusi masalah itu pada periode 2003-2005.
Tahun 2008 dapat dikatakan sebagai titik nadir PT Pos. Nasib BUMN ini mulai berubah setelah adanya liberalisasi bisnis pos melalui hadirnya UU No 38 tahun 2009, tentang Pos. Sejak itu, PT Pos Indonesia mulai bangun dari tidurnya. Transformasi dilakukan PT Pos antara lain dengan membentuk holding company, revitalisasi bisnis inti, dan mengembangkan bisnis-bisnis baru.
Untuk diversifikasi usaha, PT Pos masuk ke bisnis ritel hingga properti, dan asuransi. Bisnis mereka melebar ke berbagai lini bisnis antara lain PT Pos Properti Indonesia sejak Desember 2013 yang melayani bisnis jasa pengelolaan dan penyewaan perkantoran hingga ruang MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Tentu saja bisnis layanan antar surat dan logistik, masih tetap dihadirkan melalui PT Pos Logistics Indonesia.
Ekspansi bisnis itu dilakukan tanpa bantuan penyertaan modal negara (PMN). Dahlan Iskan yang ketika itu menjabat Menteri BUMN, secara tegas menolak mentah-mentah suntikan PMN untuk PT Pos.
“Terserah saja mati ya mati, hidup ya hidup. Pemerintah tidak akan memberikan PMN kepada Pos Indonesia,” kata Dahlan 2013 lalu. Meski tanpa PMN, PT Pos tetap menjalankan strategi bisnisnya.
Rekrutmen Terbesar
Puncak momentum kebangkitan PT Pos terjadi saat menapaki tahun ini. Pada 1 Mei 2016, PT Pos menyampaikan kabar yang cukup mengejutkan. Mereka akan merekrut 5.000 lebih karyawan baru. Jumlah ini luar biasa, karena hampir 25 persen dari total pegawai PT Pos saat ini.
"Jumlah karyawan yang direkrut direncanakan lebih dari 5.000 orang, tergantung hasil tes akhir. Jumlah itu adalah perekrutan terbesar yang dilakukan PT Pos Indonesia selama ini," kata Direktur SDM dan Umum PT Pos Indonesia Febriyanto dikutip dari Antara.
Rekrutmen PT Pos ini juga merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah BUMN ini, di tengah kondisi ekonomi nasional sedang tidak menggembirakan. Mereka ingin memperkuat kompetensi bisnis di bidang kurir, logistik, ritel, dan jasa keuangan.
Upaya PT Pos memperluas jaringan bisnis mereka sudah sangat tepat daripada terlambat. Mereka tak mungkin lagi menggantungkan nasib bisnisnya dari layanan konvensional. Pada periode 2013-2014, pertumbuhan permintaan layanan surat sudah turun tajam hampir 20 persen dari 401,13 juta buah jadi 322,35 juta buah. Pengiriman paket juga mengalami penurunan hingga 20 persen lebih jadi 25,261 juta buah.
Senasib dengan paket dan surat, jasa pengiriman uang juga turun hampir 19 persen jadi 22 juta transaksi saja di 2014. Di sisi lain, layanan Pos Pay seperti Tabungan Batara juga Pembayaran PLN, PAM, hingga telepon justru tumbuh positif meski hanya 1,4 persen jadi 168,34 juta transaksi di tahun yang sama. Layanan jasa keuangan yang terus tumbuh semacam ini akan menjadi nyawa baru bagi “Pak Pos”.
Dengan pasar Indonesia yang sedemikian besar, PT Pos seharusnya bisa mengulang kesuksesan Japan Post Group . Hasil riset dan kajian konsultan internasional seperti Booz&Co dan Ernst&Young, mengungkapkan potensi bisnis PT Pos masih terbuka lebar. Hal ini diperkuat dengan kajian Management Research Center UI, yang mencatat ada tiga potensi PT Pos yaitu bisnis surat dan paket, bisnis logistik, dan bisnis jasa keuangan.
Mengejar Ketertinggalan
PT Pos juga mencoba mengambil pasar ekspedisi yang cukup besar. Belum lama ini, PT Pos mengambil langkah strategis dengan menggandeng salah satu pemain e-commerce terbesar di Indonesia, Lazada. Dalam kerja sama ini, PT Pos Indonesia mempermudah proses pengembalian barang bagi konsumen Lazada Indonesia. Konsumen cukup mengisi form retur online yang tersedia di situs Lazada, datang ke kantor pos dengan membawa barang yang akan diretur .
Hadirnya PT Pos sebagai mitra e-commerce yang belum lama ini mayoritas sahamnya dikuasai Alibaba, membuktikan BUMN tersebut dapat kepercayaan penuh. Selain Lazada, Zalora juga melakukan hal yang sama.
Empat tahun lalu, PT Pos juga mulai merintis layanan yang cukup visioner pada waktu itu. Pada 2012 mereka membuka layanan penjualan pempek online. Usaha ini di bawah unit bisnis Galeri Pos, yang merupakan pusat belanja online dengan format e-marketplace, yang menjual produk dari makanan, oleh-oleh, fashion hingga elektronika.
Strategi ini membuahkan hasil. PT Pos misalnya meraup keuntungan dari jasa pengiriman pempek mencapai Rp120 juta per bulan atau membukukan sekitar Rp2 miliar hingga akhir 2015 dari jualan pempek saja. Ini belum dihitung dari penjualan produk lainnya melalui toko online mereka.
Upaya berbenah PT Pos, mendapat sokongan dari para saudaranya di BUMN lintas bidang usaha. PT Pos menggandeng beberapa BUMN untuk memperkuat struktur bisnisnya. Belum lama ini, manajemen puncak PT Pos Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama sinergitas dengan lima BUMN untuk meningkatkan kinerja dan pengembangan bisnisnya. Penandatanganan kerja sama PT Pos Indonesia itu dengan lima kolega BUMN-nya, yaitu Bank Mandiri, PT Bio Farma, PT Kimia Farma, PT Telkom dan PT Pertamina.
"Kerja sama sinergitas ini akan memperkuat sektor usaha masing-masing, dan merupakan bagian dari transformasi yang dilakukan di semua lini," kata Direktur PT Pos Indonesia, Gilarsi W Setijono dikutip dari Antara.
Sinergi ini sebagai nafas baru bagi PT Pos, yang memiliki banyak layanan bidang jasa pengiriman, layanan keuangan, bisnis ritel dan memiliki jaringan kantor yang luas hingga ke pelosok negeri. Bank Mandiri akan mengelola kas PT Pos Indonesia seperti penyediaan likuiditas, penerimaan setoran dana, dan rekening Pos, fasilitas cash management serta layanan perbankan lainnya.
Sinergi dengan Pos Indonesia telah menghasilkan banyak pengembangan bisnis seperti pembentukan bank joint venture bersama dengan PT Taspen, juga menyediakan layanan keuangan bagi pegawai dan pensiunan PT Pos Indonesia. Dengan PT Telkom, ada kerja sama sinergitas itu akan memperkuat jaringan infrastruktur berbasis internet bagi setiap layanan PT Pos.
Dalam hal jasa keuangan, PT Pos juga menggandeng Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk melayani pembayaran iuran wajib bulanan bagi peserta BPJS mandiri. Maklum saja, bila peluang ini tak diambil maka kue ini akan hanya dinikmati oleh toko-toko ritel minimarket yang juga sudah memberikan layanan sejenis.
Perusahaan Pos Jepang mampu bertahan dan terus berkembang karena dicintai dan dipercaya oleh masyarakatnya. Mereka juga tak tidur, dengan melakukan perluasan ke bisnis jasa keuangan dan sektor lainnya membawa mereka tetap hidup. Sementara itu, United States Postal Service (USPS) AS telat melakukan penyesuaian di tengah zaman yang terus berubah sehingga terus menanggung kerugian.
Kini, PT Pos sedang terus berbenah untuk mengantisipasi perubahan zaman. Perubahan ini merupakan rute yang sama yang sempat dilewati oleh perusahaan pos Jepang. Harapannya, PT Pos Indonesia tak hanya punya kesamaan logo warna dengan perusahaan pos Jepang, tetapi juga tapi bisa setara dalam hal kinerja dan dicintai masyarakat.
sumber: tirto.id
Nasib lebih baik dialami perusahaan pos Jepang dengan bendera Japan Post Group. Pada 2015, Japan Post Holdings bahkan masuk dalam daftar Fortune 500 di peringkat 38. Perusahaan mampu mencetak pendapatan hingga 129,7 miliar dolar dan laba 4,39 miliar dolar. Kinerja itu memang menunjukkan penurunan, tetapi mereka terus merevitalisasi bisnisnya. Mereka bertekad menjadi pemimpin utama dalam industri logistik global. Diversifikasi adalah kata kuncinya.
Bagaimana dengan PT Pos Indonesia? Periode 2000-2008 merupakan masa paling suram dari bisnis PT Pos Indonesia. Bisnis surat pos pada periode itu menurun drastis. Maraknya layanan pesan singkat (SMS) melalui ponsel dan internet telah menggantikan peran “Pak Pos”.
Jumlah lokasi layanan mereka yang tersebar 24.000 titik lebih dari Sabang-Merauke membuat PT Pos layak disebut sebagai sang “raksasa”. Namun, semua itu tidak banyak membantu. Sebagai “raksasa”, BUMN ini malah kerap didera kerugian. Pada periode kritis ini mereka merugi setiap tahun. PT Pos seolah sedang '”tidur” dan sempat diramalkan mengikuti jejak suramnya USPS yang masih bergantung pada bisnis inti pengiriman paket dan surat.
Namun, kenyataan berbalik. PT Pos Indonesia dengan ciri khas warna orange masih terbukti mampu bertahan. Pada 2009, PT Pos mulai meraup untung. Ini merupakan titik balik BUMN pos yang sedang diuji zaman. “Pak Pos” yang sempat berteduh karena “badai” pun siap melanjutkan misinya.
Bangunnya Pak Pos
Perjalanan PT Pos menghadapi perubahan zaman hampir sama dengan negara-negara lainnya. Semenjak berubah dari Perum menjadi PT sejak 1995, PT Pos Indonesia “dilepas” oleh pemerintah untuk mengurus dirinya sendiri sejalan komitmen liberalisasi bidang logistik di kawasan ASEAN. Di saat bersamaan perubahan era digital terus bergulir dan masuknya pemain asing dan lokal di bisnis logistik. PT Pos masih belum berubah, mereka terseok-seok hingga terpuruk.
Gelombang keterpurukan PT Pos sudah terjadi sejak awal 2000. Marketeers.com menulis kerugian PT Pos pada periode 2004-2008 mencapai Rp 606,5 miliar. Kondisi PT Pos yang gagap dengan perubahan zaman, diperparah dengan budaya perusahaan yang memungkinkan terjadinya penyimpangan.
Kasus korupsi sempat mendera BUMN ini. Pertengahan 2008, Dirut PT Pos Hana Suryana harus lengser karena kasus korupsi ini terkait penyalahgunaan dana operasional dan dana non budget PT Pos wilayah IV Jakarta. Hana sempat mengurusi masalah itu pada periode 2003-2005.
Tahun 2008 dapat dikatakan sebagai titik nadir PT Pos. Nasib BUMN ini mulai berubah setelah adanya liberalisasi bisnis pos melalui hadirnya UU No 38 tahun 2009, tentang Pos. Sejak itu, PT Pos Indonesia mulai bangun dari tidurnya. Transformasi dilakukan PT Pos antara lain dengan membentuk holding company, revitalisasi bisnis inti, dan mengembangkan bisnis-bisnis baru.
Untuk diversifikasi usaha, PT Pos masuk ke bisnis ritel hingga properti, dan asuransi. Bisnis mereka melebar ke berbagai lini bisnis antara lain PT Pos Properti Indonesia sejak Desember 2013 yang melayani bisnis jasa pengelolaan dan penyewaan perkantoran hingga ruang MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Tentu saja bisnis layanan antar surat dan logistik, masih tetap dihadirkan melalui PT Pos Logistics Indonesia.
Ekspansi bisnis itu dilakukan tanpa bantuan penyertaan modal negara (PMN). Dahlan Iskan yang ketika itu menjabat Menteri BUMN, secara tegas menolak mentah-mentah suntikan PMN untuk PT Pos.
“Terserah saja mati ya mati, hidup ya hidup. Pemerintah tidak akan memberikan PMN kepada Pos Indonesia,” kata Dahlan 2013 lalu. Meski tanpa PMN, PT Pos tetap menjalankan strategi bisnisnya.
Rekrutmen Terbesar
Puncak momentum kebangkitan PT Pos terjadi saat menapaki tahun ini. Pada 1 Mei 2016, PT Pos menyampaikan kabar yang cukup mengejutkan. Mereka akan merekrut 5.000 lebih karyawan baru. Jumlah ini luar biasa, karena hampir 25 persen dari total pegawai PT Pos saat ini.
"Jumlah karyawan yang direkrut direncanakan lebih dari 5.000 orang, tergantung hasil tes akhir. Jumlah itu adalah perekrutan terbesar yang dilakukan PT Pos Indonesia selama ini," kata Direktur SDM dan Umum PT Pos Indonesia Febriyanto dikutip dari Antara.
Rekrutmen PT Pos ini juga merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah BUMN ini, di tengah kondisi ekonomi nasional sedang tidak menggembirakan. Mereka ingin memperkuat kompetensi bisnis di bidang kurir, logistik, ritel, dan jasa keuangan.
Upaya PT Pos memperluas jaringan bisnis mereka sudah sangat tepat daripada terlambat. Mereka tak mungkin lagi menggantungkan nasib bisnisnya dari layanan konvensional. Pada periode 2013-2014, pertumbuhan permintaan layanan surat sudah turun tajam hampir 20 persen dari 401,13 juta buah jadi 322,35 juta buah. Pengiriman paket juga mengalami penurunan hingga 20 persen lebih jadi 25,261 juta buah.
Senasib dengan paket dan surat, jasa pengiriman uang juga turun hampir 19 persen jadi 22 juta transaksi saja di 2014. Di sisi lain, layanan Pos Pay seperti Tabungan Batara juga Pembayaran PLN, PAM, hingga telepon justru tumbuh positif meski hanya 1,4 persen jadi 168,34 juta transaksi di tahun yang sama. Layanan jasa keuangan yang terus tumbuh semacam ini akan menjadi nyawa baru bagi “Pak Pos”.
Dengan pasar Indonesia yang sedemikian besar, PT Pos seharusnya bisa mengulang kesuksesan Japan Post Group . Hasil riset dan kajian konsultan internasional seperti Booz&Co dan Ernst&Young, mengungkapkan potensi bisnis PT Pos masih terbuka lebar. Hal ini diperkuat dengan kajian Management Research Center UI, yang mencatat ada tiga potensi PT Pos yaitu bisnis surat dan paket, bisnis logistik, dan bisnis jasa keuangan.
Mengejar Ketertinggalan
PT Pos juga mencoba mengambil pasar ekspedisi yang cukup besar. Belum lama ini, PT Pos mengambil langkah strategis dengan menggandeng salah satu pemain e-commerce terbesar di Indonesia, Lazada. Dalam kerja sama ini, PT Pos Indonesia mempermudah proses pengembalian barang bagi konsumen Lazada Indonesia. Konsumen cukup mengisi form retur online yang tersedia di situs Lazada, datang ke kantor pos dengan membawa barang yang akan diretur .
Hadirnya PT Pos sebagai mitra e-commerce yang belum lama ini mayoritas sahamnya dikuasai Alibaba, membuktikan BUMN tersebut dapat kepercayaan penuh. Selain Lazada, Zalora juga melakukan hal yang sama.
Empat tahun lalu, PT Pos juga mulai merintis layanan yang cukup visioner pada waktu itu. Pada 2012 mereka membuka layanan penjualan pempek online. Usaha ini di bawah unit bisnis Galeri Pos, yang merupakan pusat belanja online dengan format e-marketplace, yang menjual produk dari makanan, oleh-oleh, fashion hingga elektronika.
Strategi ini membuahkan hasil. PT Pos misalnya meraup keuntungan dari jasa pengiriman pempek mencapai Rp120 juta per bulan atau membukukan sekitar Rp2 miliar hingga akhir 2015 dari jualan pempek saja. Ini belum dihitung dari penjualan produk lainnya melalui toko online mereka.
Upaya berbenah PT Pos, mendapat sokongan dari para saudaranya di BUMN lintas bidang usaha. PT Pos menggandeng beberapa BUMN untuk memperkuat struktur bisnisnya. Belum lama ini, manajemen puncak PT Pos Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama sinergitas dengan lima BUMN untuk meningkatkan kinerja dan pengembangan bisnisnya. Penandatanganan kerja sama PT Pos Indonesia itu dengan lima kolega BUMN-nya, yaitu Bank Mandiri, PT Bio Farma, PT Kimia Farma, PT Telkom dan PT Pertamina.
"Kerja sama sinergitas ini akan memperkuat sektor usaha masing-masing, dan merupakan bagian dari transformasi yang dilakukan di semua lini," kata Direktur PT Pos Indonesia, Gilarsi W Setijono dikutip dari Antara.
Sinergi ini sebagai nafas baru bagi PT Pos, yang memiliki banyak layanan bidang jasa pengiriman, layanan keuangan, bisnis ritel dan memiliki jaringan kantor yang luas hingga ke pelosok negeri. Bank Mandiri akan mengelola kas PT Pos Indonesia seperti penyediaan likuiditas, penerimaan setoran dana, dan rekening Pos, fasilitas cash management serta layanan perbankan lainnya.
Sinergi dengan Pos Indonesia telah menghasilkan banyak pengembangan bisnis seperti pembentukan bank joint venture bersama dengan PT Taspen, juga menyediakan layanan keuangan bagi pegawai dan pensiunan PT Pos Indonesia. Dengan PT Telkom, ada kerja sama sinergitas itu akan memperkuat jaringan infrastruktur berbasis internet bagi setiap layanan PT Pos.
Dalam hal jasa keuangan, PT Pos juga menggandeng Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk melayani pembayaran iuran wajib bulanan bagi peserta BPJS mandiri. Maklum saja, bila peluang ini tak diambil maka kue ini akan hanya dinikmati oleh toko-toko ritel minimarket yang juga sudah memberikan layanan sejenis.
Perusahaan Pos Jepang mampu bertahan dan terus berkembang karena dicintai dan dipercaya oleh masyarakatnya. Mereka juga tak tidur, dengan melakukan perluasan ke bisnis jasa keuangan dan sektor lainnya membawa mereka tetap hidup. Sementara itu, United States Postal Service (USPS) AS telat melakukan penyesuaian di tengah zaman yang terus berubah sehingga terus menanggung kerugian.
Kini, PT Pos sedang terus berbenah untuk mengantisipasi perubahan zaman. Perubahan ini merupakan rute yang sama yang sempat dilewati oleh perusahaan pos Jepang. Harapannya, PT Pos Indonesia tak hanya punya kesamaan logo warna dengan perusahaan pos Jepang, tetapi juga tapi bisa setara dalam hal kinerja dan dicintai masyarakat.
sumber: tirto.id
Minggu, 08 Juli 2018
Sapeur, Biar Miskin Yang Penting Gaya
SEORANG warga Brazzaville, Kongo, menyatakan keluhan dengan nada suara yang menyiratkan amarah. Ia merasa seperti budak di negara miskin. Dia kesal melihat orang-orang di sekitarnya harus susah payah untuk mendapatkan air bersih, padahal mereka tinggal di dekat Sungai Kongo. Keluhan pria ini tayang dalam The Congo Dandies, film dokumenter yang diproduksi oleh Russia Today (RT).
Keluhan yang sama sebetulnya dialami pula oleh para Sapeurs, sebutan bagi anggota komunitas La Sape, singkatan dari Société des ambianceurs et des personnes elegantes atau Society of Atmosphere-setters and Elegant People. Sebuah komunitas pecinta fesyen. Luzolo, Sapeurs yang bekerja sebagai penjual DVD mengaku tidak memiliki pasokan air di apartemennya. Tetapi ia punya baju Dolce & Gabbana. Seorang Sapeurs tidak peduli terhadap permasalahan ekonomi. Mereka hanya memedulikan satu hal: tampil gaya.
Para Sapeurs berjalan di kawasan kumuh Brazzaville mengenakan setelan jas warna warni, topi, sepatu kulit, kacamata hitam, dan payung. Mereka tampil layaknya pria kelas atas Eropa yang mengenakan busana dan aksesori dengan material dan potongan yang tepat. Setiap akhir pekan, para Sapeurs berkumpul di tepi jalan yang dipadati pedagang kaki lima. Di sana mereka saling memamerkan busana yang dikenakan. Warga yang bukan bagian dari La Sape menilai Sapeurs berpenampilan terbaik. Tidak ada hadiah bagi yang pakaiannya paling apik. Sapeurs cuma butuh pengakuan bahwa mereka keren.
Harga Busana Tiga Kali Lipat Gaji
Tampilan yang dianggap keren membuat nama mereka dielukkan di tempat umum. Ini terjadi pada Maxime Pivot, yang pernah menyandang predikat Sapeurs terbaik. Bila ia datang ke pasar, para pedagang menyorakkan namanya. Pivot bagai selebritas. Para pedagang menyalami dan berusaha memegangnya.
Hal serupa terjadi pula pada seorang lansia bernama Severin Muengo. Di jalan, ia kerap diikuti oleh anak-anak. Namanya kerap dipanggil-panggil. Pada RT ia berkata bangga bahwa hal itu membuat dirinya merasa sebagai orang terkaya dan membuatnya merasa seperti di surga.
Muengo bangga memamerkan karung-karung berisi dasi dan syal, serta puluhan setelan jas yang menggantung di empat sisi dinding ruang penyimpanan baju di rumahnya. Ia mengaku meminjam uang sekitar US$6.000 - US$8.000 untuk membeli baju bermerek.
Di Kongo, praktik ini telah berlangsung sejak akhir tahun 1980-an. Dalam naskah yang terbit pada tahun 1988, New York Times menulis bahwa harga busana Sapeurs rata-rata tiga kali lipat lebih besar dari penghasilan bulanan mereka. Untuk Sapeurs yang tidak mampu membeli busana, tersedia jasa penyewaan baju. Bagi yang punya uang, baju bisa dibeli di sebuah toko yang menjual barang bermerek asal Paris seperti Yves Saint Laurent dan Yohji Yamamoto. Toko dimiliki oleh seorang Sapeurs yang kerap datang ke Paris untuk memborong busana guna dijual kembali.
Mereka pantang mengenakan busana tiruan karena jenis busana itu dianggap sebagai penghinaan dan tidak dibenarkan. Sapeurs di Kongo punya prinsip sapologie. Aljazeera menulis bahwa sapologie ialah ajaran agar Sapeurs tidak melakukan kekerasan serta ketidakadilan, tetap bahagia dan tampil elegan meski tak cukup makan.
Sapologie terkesan kontras dengan hal yang terjadi pada Sapeurs yang bermigrasi ke Kota Paris. Merekalah cikal bakal La Sape yang jadi inspirasi gaya busana para Sapeurs di Brazzaville.
Asal-Usul La Sape
Dalam "La Sape: Tracing the History and Future of the Congos' Well-Dressed Men" (2017), Hannah Rose Steinkopf-Frank menyebut bahwa pada tahun 1976 Jean Marc Zeita, remaja pria asal Kongo pindah ke Kota Paris. Ia membentuk perkumpulan imigran muda asal Kongo bernama Aventuriers. Mereka meniru gaya penampilan Orang Prancis. Gaya itu kemudian dibawa pulang ke kampung halaman, agar dianggap sukses. Mereka turut membawa berbagai busana dan majalah untuk referensi gaya.
Masalahnya: para Sapeur di Paris ini pun bukan orang kaya. Untuk bisa membeli pakaian mahal, mereka menceburkan diri ke perdagangan narkoba. Hannah, mengutip makalah "Dream and Drama: The Search for Elegance among Congolese Youth", menulis bahwa para Sapeur di Paris ini memanfaatkan pakaian rapi sebagai citra kesuksesan.
Tidak semua Sapeur di Kongo tahu kisah ini. Tiap Sapeur bisa punya cerita berbeda tentang asal usul La Sape. Ada yang menganggap La Sape muncul pada zaman Koloni Prancis ketika tuan tanah memberi upah pada buruh dalam bentuk pakaian. Hector Mediavilla, fotografer yang pernah mendokumentasikan Sapeur di Kongo berkata bahwa warga lokal meniru gaya penampilan Orang Prancis saat mereka dijajah.
“Bergaya ialah salah satu cara mengekspresikan diri dalam situasi yang serba terbatas. Sapeurs bicara tentang bagaimana menumbuhkan rasa percaya diri di tengah situasi buruk,” katanya.
Gondola beranggapan bahwa dengan bergaya, para Sapeurs hendak melawan masyarakat Barat lewat kesan, ‘Mereka boleh menjajah kita tetapi kita berpenampilan lebih baik dari mereka.’
Pendapat lain menyebut La Sape dibentuk oleh Papa Wemba, musisi Kongo yang ingin tampil beda dari musisi lain. Oleh karena itu ia berbelanja barang bermerek di Kota Paris dan tampil gaya dalam busana ribuan dolar. Selain menyanyi, ia kerap berpesan kepada kaum muda agar selalu tampil rapi dan bersih. Kepopuleran Papa Wemba jadi salah satu pengaruh utama bagi kelangsungan La Sape. Para Sapeur mengidolakan Papa Wemba. Pivot meneruskan semangat Papa Wemba dengan mendirikan kursus calon Sapeurs di Kongo.
Tak semua Sapeurs nyaman dengan gaya gemilang. Aime Champagne, Sapeur asal Kinshasa yang pindah ke London berkata bahwa sesungguhnya ia tak mau lagi berpenampilan seperti orang kaya padahal serba kekurangan. Namun ia terpaksa terus bergaya ala Sapeur agar tidak diprotes rekan-rekannya di Kongo.
Pada Aljazeera Charlie Schengen, Sapeur yang juga tinggal di London berkata bahwa La Sape telah membuat ia merasa kehilangan tradisi Kongo. “Ini sebuah kebodohan. Orang tidak mau sekolah dan hanya ingin belanja baju.”
sumber: tirto.id
Keluhan yang sama sebetulnya dialami pula oleh para Sapeurs, sebutan bagi anggota komunitas La Sape, singkatan dari Société des ambianceurs et des personnes elegantes atau Society of Atmosphere-setters and Elegant People. Sebuah komunitas pecinta fesyen. Luzolo, Sapeurs yang bekerja sebagai penjual DVD mengaku tidak memiliki pasokan air di apartemennya. Tetapi ia punya baju Dolce & Gabbana. Seorang Sapeurs tidak peduli terhadap permasalahan ekonomi. Mereka hanya memedulikan satu hal: tampil gaya.
Para Sapeurs berjalan di kawasan kumuh Brazzaville mengenakan setelan jas warna warni, topi, sepatu kulit, kacamata hitam, dan payung. Mereka tampil layaknya pria kelas atas Eropa yang mengenakan busana dan aksesori dengan material dan potongan yang tepat. Setiap akhir pekan, para Sapeurs berkumpul di tepi jalan yang dipadati pedagang kaki lima. Di sana mereka saling memamerkan busana yang dikenakan. Warga yang bukan bagian dari La Sape menilai Sapeurs berpenampilan terbaik. Tidak ada hadiah bagi yang pakaiannya paling apik. Sapeurs cuma butuh pengakuan bahwa mereka keren.
Harga Busana Tiga Kali Lipat Gaji
Tampilan yang dianggap keren membuat nama mereka dielukkan di tempat umum. Ini terjadi pada Maxime Pivot, yang pernah menyandang predikat Sapeurs terbaik. Bila ia datang ke pasar, para pedagang menyorakkan namanya. Pivot bagai selebritas. Para pedagang menyalami dan berusaha memegangnya.
Hal serupa terjadi pula pada seorang lansia bernama Severin Muengo. Di jalan, ia kerap diikuti oleh anak-anak. Namanya kerap dipanggil-panggil. Pada RT ia berkata bangga bahwa hal itu membuat dirinya merasa sebagai orang terkaya dan membuatnya merasa seperti di surga.
Muengo bangga memamerkan karung-karung berisi dasi dan syal, serta puluhan setelan jas yang menggantung di empat sisi dinding ruang penyimpanan baju di rumahnya. Ia mengaku meminjam uang sekitar US$6.000 - US$8.000 untuk membeli baju bermerek.
Di Kongo, praktik ini telah berlangsung sejak akhir tahun 1980-an. Dalam naskah yang terbit pada tahun 1988, New York Times menulis bahwa harga busana Sapeurs rata-rata tiga kali lipat lebih besar dari penghasilan bulanan mereka. Untuk Sapeurs yang tidak mampu membeli busana, tersedia jasa penyewaan baju. Bagi yang punya uang, baju bisa dibeli di sebuah toko yang menjual barang bermerek asal Paris seperti Yves Saint Laurent dan Yohji Yamamoto. Toko dimiliki oleh seorang Sapeurs yang kerap datang ke Paris untuk memborong busana guna dijual kembali.
Mereka pantang mengenakan busana tiruan karena jenis busana itu dianggap sebagai penghinaan dan tidak dibenarkan. Sapeurs di Kongo punya prinsip sapologie. Aljazeera menulis bahwa sapologie ialah ajaran agar Sapeurs tidak melakukan kekerasan serta ketidakadilan, tetap bahagia dan tampil elegan meski tak cukup makan.
Sapologie terkesan kontras dengan hal yang terjadi pada Sapeurs yang bermigrasi ke Kota Paris. Merekalah cikal bakal La Sape yang jadi inspirasi gaya busana para Sapeurs di Brazzaville.
Asal-Usul La Sape
Dalam "La Sape: Tracing the History and Future of the Congos' Well-Dressed Men" (2017), Hannah Rose Steinkopf-Frank menyebut bahwa pada tahun 1976 Jean Marc Zeita, remaja pria asal Kongo pindah ke Kota Paris. Ia membentuk perkumpulan imigran muda asal Kongo bernama Aventuriers. Mereka meniru gaya penampilan Orang Prancis. Gaya itu kemudian dibawa pulang ke kampung halaman, agar dianggap sukses. Mereka turut membawa berbagai busana dan majalah untuk referensi gaya.
Masalahnya: para Sapeur di Paris ini pun bukan orang kaya. Untuk bisa membeli pakaian mahal, mereka menceburkan diri ke perdagangan narkoba. Hannah, mengutip makalah "Dream and Drama: The Search for Elegance among Congolese Youth", menulis bahwa para Sapeur di Paris ini memanfaatkan pakaian rapi sebagai citra kesuksesan.
Tidak semua Sapeur di Kongo tahu kisah ini. Tiap Sapeur bisa punya cerita berbeda tentang asal usul La Sape. Ada yang menganggap La Sape muncul pada zaman Koloni Prancis ketika tuan tanah memberi upah pada buruh dalam bentuk pakaian. Hector Mediavilla, fotografer yang pernah mendokumentasikan Sapeur di Kongo berkata bahwa warga lokal meniru gaya penampilan Orang Prancis saat mereka dijajah.
“Bergaya ialah salah satu cara mengekspresikan diri dalam situasi yang serba terbatas. Sapeurs bicara tentang bagaimana menumbuhkan rasa percaya diri di tengah situasi buruk,” katanya.
Gondola beranggapan bahwa dengan bergaya, para Sapeurs hendak melawan masyarakat Barat lewat kesan, ‘Mereka boleh menjajah kita tetapi kita berpenampilan lebih baik dari mereka.’
Pendapat lain menyebut La Sape dibentuk oleh Papa Wemba, musisi Kongo yang ingin tampil beda dari musisi lain. Oleh karena itu ia berbelanja barang bermerek di Kota Paris dan tampil gaya dalam busana ribuan dolar. Selain menyanyi, ia kerap berpesan kepada kaum muda agar selalu tampil rapi dan bersih. Kepopuleran Papa Wemba jadi salah satu pengaruh utama bagi kelangsungan La Sape. Para Sapeur mengidolakan Papa Wemba. Pivot meneruskan semangat Papa Wemba dengan mendirikan kursus calon Sapeurs di Kongo.
Tak semua Sapeurs nyaman dengan gaya gemilang. Aime Champagne, Sapeur asal Kinshasa yang pindah ke London berkata bahwa sesungguhnya ia tak mau lagi berpenampilan seperti orang kaya padahal serba kekurangan. Namun ia terpaksa terus bergaya ala Sapeur agar tidak diprotes rekan-rekannya di Kongo.
Pada Aljazeera Charlie Schengen, Sapeur yang juga tinggal di London berkata bahwa La Sape telah membuat ia merasa kehilangan tradisi Kongo. “Ini sebuah kebodohan. Orang tidak mau sekolah dan hanya ingin belanja baju.”
sumber: tirto.id
Sabtu, 07 Juli 2018
Terungkap! Berpelukan Bisa Jaga Tekanan Darah Tetap Stabil
KAPAN terakhir kali anda dipeluk atau memeluk? Kebiasaan berpelukan ternyata bisa menjaga tekanan darah tetap stabil. Apalagi bagi penderita hipertensi karena pelukan bisa menurunkan tekanan darah.
Seperti dikutip dari Thelist.com, penelitian yang diterbitkan dalam Biological Psychology, menemukan bahwa tekanan darah wanita menurun setelah dipeluk pasangannya. Penelitian dilakukan pada 59 premenopause wanita yang dipeluk pasangannya.
Hasilnya, setelah dipeluk pasangan, hormon oksitosin dilepaskan dari otak sehingga bisa menurunkan tekanan darah tinggi.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ketika hipertensi terjadi, pembuluh darah arteri akan mengeras sehingga aliran darah akan menurun, ketika tidak ada darah yang cukup menyuplai oksigen ke berbagai bagian tubuh, apalagi jantung, maka hal itu akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk serangan jantung, stroke dan penyakit kardiovaskuler lainnya.
Itulah mengapa, ada baiknya kamu lebih sering berpelukan dan bermanja-manja dengan pasangan, karena ternyata hal ini bisa menurunkan tekanan darahmu.
sumber: topmetro.news
Seperti dikutip dari Thelist.com, penelitian yang diterbitkan dalam Biological Psychology, menemukan bahwa tekanan darah wanita menurun setelah dipeluk pasangannya. Penelitian dilakukan pada 59 premenopause wanita yang dipeluk pasangannya.
Hasilnya, setelah dipeluk pasangan, hormon oksitosin dilepaskan dari otak sehingga bisa menurunkan tekanan darah tinggi.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ketika hipertensi terjadi, pembuluh darah arteri akan mengeras sehingga aliran darah akan menurun, ketika tidak ada darah yang cukup menyuplai oksigen ke berbagai bagian tubuh, apalagi jantung, maka hal itu akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk serangan jantung, stroke dan penyakit kardiovaskuler lainnya.
Itulah mengapa, ada baiknya kamu lebih sering berpelukan dan bermanja-manja dengan pasangan, karena ternyata hal ini bisa menurunkan tekanan darahmu.
sumber: topmetro.news
KOMUNITAS Rumahela menggelar Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak 2018 di Pusuk Buhit Huta Simullop Kecamatan Pangururan, Samosir, Sabtu (7/7/2018)
Acara itu merupakan festival budaya para leluhur si Raja Batak, di mana pomparan Si Raja Batak menyatu dengan alam Toba. Juga melakukan edukasi tentang leluhur Batak.
Ada beberapa prosesi dalam acara itu, seperti menjungjung ‘hudon tano’ berisi air menuju Ruma Bolon. Selanjutnya ada doa ritual ‘tonggo-tonggo’. Ada nampak persembahan yang sudah disusun terdiri dari hasil bumi dan ternak berupa kerbau putih dan hitam berikut kambing putih serta sejumlah ayam dan ‘Ihan Batak’.
Ritual itu dipimpin Ketua Komunitas Rumahela Ir Hendri Naibaho. Mereka memanjatkan doa kepada Tuhan. agar alam semesta berikut seluruh isinya diberikan keselamatan. Juga perdamaian dunia menuju masyarakat sejahtera.
Aelanjutnya ada doa dan tonggo dipimpin Dr Hinca IP Pandjaitan XIII SH MH ACCS. Meminta kepada Sang Pencipta dan leluhur supaya memberikan kedamaian, menjauhkan teroris di Indonesia.
Cinta Budaya Leluhur
Di sela sela kegiatan, Dr Hinca IP Pandjaitan XIII SH MH ACCS selaku Pembina Komunitas Rumahela menyampaikan, kegiatan itu dilakukan untuk menggugah masyarakat Batak agar cinta budaya leluhur.
Dia pun mengajak seluruh masyarakat dapat menghargai leluhur dan tetap menjaga kearifan lokal. Kata anggota Komisi III DPR RI ini, siapa yang menghargai para leluhur, maka secara tidak langsung dia telah mempersiapkan diri dihargai generasi maupun keturunannya.
Hinca tampaknya serius ingin menjadikan Pusuk Buhit sebagai daerah wisata budaya dan sejarah. Dan menurut dia, festival itu adalah salah satu upaya merawat kearifan lokal di Pusuk Buhit dan kawasan Danau Toba.
Sebagaimana diketahui, Festival Wisata Edukasi Leluhur berlangsung tanggal 7 Juli setiap tahun. Kali ini diselenggarakan sejak Rabu- Selasa, 4-10 Juli 2018). Hari pertama ada ritual di Mual Simullop yang disebut ‘manjou mulak mata mual’.
Hari kedua, Misa Inkulturasi Batak Toba dipimpin Uskup Agung Medan Mgr Anicetus Bongsu Antonius Sinaga OFM Cap. Hari ketiga, ‘patappehon hasandaran’ para leluhur. Sedangkan hari keempat, ‘paradehon dan pasahathon ulian bolon’ kepada leluhur.
Pada hari keenam akan dilakukan penanaman ribuan pohon di Pusuk Buhit, dilakukan Komunitas Rumahela bekerjasama dengan DPD Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Sumut. Kegiatan akan dipimpin Ketua DPD ISKA Sumut Drs Hendrik Halomoan Sitompul MM.
sumber: topmetro.news
Acara itu merupakan festival budaya para leluhur si Raja Batak, di mana pomparan Si Raja Batak menyatu dengan alam Toba. Juga melakukan edukasi tentang leluhur Batak.
Ada beberapa prosesi dalam acara itu, seperti menjungjung ‘hudon tano’ berisi air menuju Ruma Bolon. Selanjutnya ada doa ritual ‘tonggo-tonggo’. Ada nampak persembahan yang sudah disusun terdiri dari hasil bumi dan ternak berupa kerbau putih dan hitam berikut kambing putih serta sejumlah ayam dan ‘Ihan Batak’.
Ritual itu dipimpin Ketua Komunitas Rumahela Ir Hendri Naibaho. Mereka memanjatkan doa kepada Tuhan. agar alam semesta berikut seluruh isinya diberikan keselamatan. Juga perdamaian dunia menuju masyarakat sejahtera.
Aelanjutnya ada doa dan tonggo dipimpin Dr Hinca IP Pandjaitan XIII SH MH ACCS. Meminta kepada Sang Pencipta dan leluhur supaya memberikan kedamaian, menjauhkan teroris di Indonesia.
Cinta Budaya Leluhur
Di sela sela kegiatan, Dr Hinca IP Pandjaitan XIII SH MH ACCS selaku Pembina Komunitas Rumahela menyampaikan, kegiatan itu dilakukan untuk menggugah masyarakat Batak agar cinta budaya leluhur.
Dia pun mengajak seluruh masyarakat dapat menghargai leluhur dan tetap menjaga kearifan lokal. Kata anggota Komisi III DPR RI ini, siapa yang menghargai para leluhur, maka secara tidak langsung dia telah mempersiapkan diri dihargai generasi maupun keturunannya.
Hinca tampaknya serius ingin menjadikan Pusuk Buhit sebagai daerah wisata budaya dan sejarah. Dan menurut dia, festival itu adalah salah satu upaya merawat kearifan lokal di Pusuk Buhit dan kawasan Danau Toba.
Sebagaimana diketahui, Festival Wisata Edukasi Leluhur berlangsung tanggal 7 Juli setiap tahun. Kali ini diselenggarakan sejak Rabu- Selasa, 4-10 Juli 2018). Hari pertama ada ritual di Mual Simullop yang disebut ‘manjou mulak mata mual’.
Hari kedua, Misa Inkulturasi Batak Toba dipimpin Uskup Agung Medan Mgr Anicetus Bongsu Antonius Sinaga OFM Cap. Hari ketiga, ‘patappehon hasandaran’ para leluhur. Sedangkan hari keempat, ‘paradehon dan pasahathon ulian bolon’ kepada leluhur.
Pada hari keenam akan dilakukan penanaman ribuan pohon di Pusuk Buhit, dilakukan Komunitas Rumahela bekerjasama dengan DPD Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Sumut. Kegiatan akan dipimpin Ketua DPD ISKA Sumut Drs Hendrik Halomoan Sitompul MM.
sumber: topmetro.news
Senin, 02 Juli 2018
Film Porno Lebih Rugikan Pria Dibanding Wanita
FILM porno selama ini selalu dianggap sebagai ranah pria. Tapi ternyata, film biru ini malah lebih merugikan bagi kaum adam dibanding bagi wanita.
Film dewasa itu ternyata bisa membuat pria jadi lebih tidak bahagia dengan hubungannya. Namun, hal yang sama tidak terjadi pada penonton film porno wanita. Demikian menurut data analisis yang diterbitkan dalam jurnal Human Communication Research.
Penelitian Efek Negatif
Para peneliti melakukan meta-analisis terhadap 50 studi yang melibatkan 50.000 partisipan dari berbagai negara yang berbeda. Beberapa partisipan ditanya tentang kebiasaan mereka menonton film prono. Sementara yang lainnya ditunjukkan materi yang bersifat pornografi.
Hasil akhir yang berusaha dicapai para peneliti adalah untuk mencari tahu, bagaimana pornografi mempengaruhi hubungan dan kepuasan seksual. Dan jawaban di antara kedua jenis kelamin ternyata berbeda. Pria merasa lebih tidak puas dan bahagia, sedang wanita tidak mendapatkan efek negatif apa pun.
Menurut penelitan, hal ini berhubungan dengan bagaimana kita menonton pornografi. Secara umum, pria lebih sering menonton film porno sendiri. Sedangkan wanita biasanya menonton bersama pasangan.
Inilah kenapa film porno malah membuat pria merasa semakin tidak terhubung dengan pasangannya. Sedangkan wanita justeru mendapat keuntungan dari berbagi pengalaman dan merasakan keintiman yang lebih.
Wanita Bisa Memisahkan Diri
Penemuan studi ini bertentangan dengan mitos yang mengatakan wanita tidak bisa menikmati film dewasa ini. Karena hal itu dianggap membuat mereka merasa buruk dengan dirinya sendiri. Hal ini mungkin benar untuk beberapa wanita. Tapi kebanyakan tidak merasa begitu.
Banyak wanita bisa secara sukses memisahkan film porno dengan kenyataan. Hal ini membuat mereka tidak merasakan pengalaman negatif atau pandangan yang buruk tentang seks hanya dari menonton skenario film porno yang biasanya tidak realistis.
Penelitian ini menyimpulkan, jika Anda masih ingin menonton film porno setelah menikah, sebaiknya lakukan bersama pasangan.
sumber: topmetro.news
Film dewasa itu ternyata bisa membuat pria jadi lebih tidak bahagia dengan hubungannya. Namun, hal yang sama tidak terjadi pada penonton film porno wanita. Demikian menurut data analisis yang diterbitkan dalam jurnal Human Communication Research.
Penelitian Efek Negatif
Para peneliti melakukan meta-analisis terhadap 50 studi yang melibatkan 50.000 partisipan dari berbagai negara yang berbeda. Beberapa partisipan ditanya tentang kebiasaan mereka menonton film prono. Sementara yang lainnya ditunjukkan materi yang bersifat pornografi.
Hasil akhir yang berusaha dicapai para peneliti adalah untuk mencari tahu, bagaimana pornografi mempengaruhi hubungan dan kepuasan seksual. Dan jawaban di antara kedua jenis kelamin ternyata berbeda. Pria merasa lebih tidak puas dan bahagia, sedang wanita tidak mendapatkan efek negatif apa pun.
Menurut penelitan, hal ini berhubungan dengan bagaimana kita menonton pornografi. Secara umum, pria lebih sering menonton film porno sendiri. Sedangkan wanita biasanya menonton bersama pasangan.
Inilah kenapa film porno malah membuat pria merasa semakin tidak terhubung dengan pasangannya. Sedangkan wanita justeru mendapat keuntungan dari berbagi pengalaman dan merasakan keintiman yang lebih.
Wanita Bisa Memisahkan Diri
Penemuan studi ini bertentangan dengan mitos yang mengatakan wanita tidak bisa menikmati film dewasa ini. Karena hal itu dianggap membuat mereka merasa buruk dengan dirinya sendiri. Hal ini mungkin benar untuk beberapa wanita. Tapi kebanyakan tidak merasa begitu.
Banyak wanita bisa secara sukses memisahkan film porno dengan kenyataan. Hal ini membuat mereka tidak merasakan pengalaman negatif atau pandangan yang buruk tentang seks hanya dari menonton skenario film porno yang biasanya tidak realistis.
Penelitian ini menyimpulkan, jika Anda masih ingin menonton film porno setelah menikah, sebaiknya lakukan bersama pasangan.
sumber: topmetro.news
Langganan:
Postingan (Atom)
Menyoal Istilah Samosir Kepingan Surga
SAYA tergelitik dengan sebuah ucapan bernada protes dalam sebuah grup WA. Seseorang di grup WA parSamosir itu minta agar jangan lagi men...
-
SAYA tergelitik dengan sebuah ucapan bernada protes dalam sebuah grup WA. Seseorang di grup WA parSamosir itu minta agar jangan lagi men...
-
HINS (Harmonious Ideal and Natural-Sound Seeker) adalah salah satu perekam yang berjaya pada masa pra-lisensi. Dan tentu saja sebagaiman...