SAYA tergelitik dengan sebuah ucapan bernada protes dalam sebuah grup WA. Seseorang di grup WA parSamosir itu minta agar jangan lagi menggunakan istilah 'kepingan surga'. "Tak pernah ada surga berkeing-keping. Dari kamus mana pun itu," tulisnya.
Tulisan ini kemudian ditanggapi member lain yang menyebut, dia pernah pun dengar, bahwa 'kepingan surga' itu identik dengan neraka. "Tolong bagi yang ahli bahasa diberi penjelasan, apakah istilah 'kepingan surga' tepat untuk Pulau Samosir," tanyanya.
Member ini pun kemudian malah membandingkan Samosir seperti surga. "Hidup Samosir, negeri indah bagaikan surga," tulis dia.
Yang lain menyebut, jangan menyederhanakan makna surga. "Surga tempat suci. Penjara Samosir masih penuh. Belakangan ini oknum KPU Kabupaten Samosir membuat bertambah," sebutnya.
Siapa Bilang Surga Berkeping-keping?
Kadang kita memang terlalu polos mengartikan sebuah perumpamaan. Menurut penulis, kalau dikatakan Samosir adalah kepingan surga, bukan berarti mau bilang bahwa surga itu berkeping-keping, atau punya kepingan. Mungkin kita semua sudah pernah mendengar istilah 'belahan jiwaku' untuk orang yang disayang. Apakah jiwa kita memang terbelah-belah?
Orang beragama sangat meyakini, bahwa surga itu adalah tempat yang sangat maha indah. Sehingga kemudian muncul istilah 'kepingan surga' untuk Pulau Samosir, adalah semata-mata bentuk pujian kepada alam indah ciptaan Tuhan itu.
Menurut penulis, yang pertama mencetuskan istilah itu bisa jadi adalah orang taat agama, sehingga membuat ungkapan itu. Namun dia tidak berani menyamakannya dalam sebuah perbandingan, sehingga hanya menyebut kepingan.
Bahkan penulis melihat ungkapan itu dari sudut sebaliknya, yaitu menggambarkan ilusi manusia, betapa tak terukurnya keindahan surga itu. Coba kita bayangkan, begitu indahnya Samosir, tetapi hanya dikatakan sebatas 'kepingan surga' saja.
Yang bermakna, bahwa surga jauh lebih indah. Sehingga Samosir itu hanya ibarat kepingannya saja.
Dan tentu saja penulis menjadi tidak setuju, kalau surga malah disamakan dengan Pulau Samosir seperti disebut di atas, "Negeri indah bagaikan surga." Apa iya, hanya seperti Samosir saja surga itu?
Soal tanggapan yang sampai pada isi penjara, menurut saya, jelas itu sudah lari dari konteks.
Sebagaimana diketahui, istilah 'kepingin surga' berasal dari turis yang pernah ke Samosir. Lalu melihat keindahan alam Pulau Samosir, turis tersebut pun berucap kagum, bahwa keindahan alam Samosir bagaikan 'kepingan surga'.
Artinya, istilah kepingan surga itu adalah berbicara soal keindahan alam, bukan manusia atau pemerintahannya. Ini murni pujian kepada alamnya.
Sehingga saya menilai, menjadi terlalu dangkal segala pemikiran yang memprotes istilah 'kepingan surga'. Malah menurut saya seperti disebut di atas, istilah Samosir 'kepingan surga' itu adalah bentuk imajinasi lain yang menyebut bahwa keindahan surga itu tidak terukur. Sekaligus juga pujian atas keindahan alam Samosir, walau, tentu saja, sangat jauh bila dibandingkan dengan bayangan kita atas surga.
Apakah Menista Agama?
Lalu, kalau ada kemudian yang sampai pada pemikiran soal penistaan, dikaitkan dengan Agama Kristen yang kebetulan sangat mayoritas di Pulau Samosir, malah lebih heboh lagi.
Itu jelas-jelas adalah sebuah perumpamaan. Dan yang saya tahu, Tuhan Yesus juga selalu menggunakan perumpamaan. Salah satu perumpamaan itu adalah yang mengatakan bahwa lebih mudah onta masuk lubang jarum dari pada orang kaya masuk surga. Apakah mungkin onta masuk lobang jarum? Tidak mungkin bukan? Tapi itulah perumpamaannya, yang menggambarkan betapa sulit.
Serupa dengan perumpamaan kepingan surga. Sekali lagi, bukan mau bilang surga punya kepingan. Tapi itulah gambaran dari indahnya Pulau Samosir dan Danau Toba.
Kalau kemudian kita hubungkan ke agama, malah secara manusiawi itu menjadi motivasi orang berbuat baik. Samosir yang begitu indah hanya dianggap kepingan, bagaimana pula aslinya. Sekali lagi, ini kita bahas keindahan, bukan manusia atau pemerintahnya.
Alangkah baiknya kalau kita berpikir positif menanggapi istilah kepingan surga. Jangan menjadi ada anggapan pelecehan surga pula.
Dan penulis sangat setuju dengan pendapat yang mengatakan, bahwa keindahan Samosir adalah hadiah dari Tuhan. Kalau diimaginasikan, Tuhan meletakkan kepingan surga itu menjadi wilayah Samosir dan Danau Toba. Tinggal kita yang berpikir untuk bagaimana menjaganya.
Jadi, dari pada mempersoalkan istilah 'kepingan surga', lebih baik rasanya kita mempertanyakan, kenapa ungkapan itu hanya untuk Pulau Samosir, bukan Kawasan Danau Toba. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar